Sunday, April 3, 2011

Randevouz

Mendung menggantung di langit, sesaat kemudian rintik kecil hujan mulai berjatuhan. Satu persatu jarumnya menghujam bumi.

Aku hanya bisa melongo memandang derasnya hujan. Dinginnya pagi menyentuh kulit. Kubiarkan langit dan bumi bercengkrama lewat hujan. Biarlah, mungkin sudah sekian lama mereka tidak saling menyapa. Aku urun menjemur pakaian-pakaian basah yang baru kubilas. Kulangkahkan kakiku menuju kamar. Berdiri mematung di sudut jendela, mengawasi lompatan-lompatan air di atas atap. "Pertemuan yang indah", batinku.

Di luar sana, suara kecipak genangan air tergilas ban mobil, aku membayangkan sebuah jalan lengang dengan pepohonan besar dan rindang di kanan kirinya. Lalu bau tanah basah, aroma ini. Hujan selalu mengigatkanku akan satu rindu.

Tentang sebuah desa kecil di selatan Pulau Jawa, jauh dari geliat metropolitan. Tempat bocah-bocah bermain dan bercanda di atas pohon Randu tua, tentang seorang kakek yang mengajak cucunya mencari belut di sawah, tentang seorang nenek yang rajin menyiapkan sarapan dan dengan sigap meladeni celoteh sang bocah. Tentang seorang perempuan paruh baya yang tak kenal lelah, membanting tulang demi anak semata wayangnya. Tentang masa lalu.

Matahari mulai menyembul, bumi mengering. Aku bergegas. Lain kali kita akan bertemu, lebih lama lagi...